“Apakah Anda ingin berpartisipasi?” (Emangnya narik iuran 17 Agustus). “Tolong bantu satu kaleng saja ya pak/bu.” (Bantu koq mendikte jumlahnya). Atau ungkapan lainnya yang sama sekali bukan closing yang brilian. Seringkali kita sudah mengenalkan produk kita kepada calon pembeli baik one on one atau melalui presentasi, namun menutupnya dengan pertanyaan yang tidak membuat calon pelanggan lebih terkunci untuk membeli. Yang terjadi justru memudarkan lagi hasrat membelinya yang sudah menyala setelah pengenalan produk/jasa kita. Gadis ini memiliki Selling Skill luar biasa, sementara saya baru mendapatkan pelajaran ini setelah bekerja di Perusahaan kedua, alias di awal tahun ketiga dari memulai berkarir 🙂
Dengan cara tersebut di atas, gadis ini rata-rata menjual 5 kaleng biskuit ke tiap rumah yang dia ketuk. Dan kurang dari 6 bulan dia berhasil menjual 4000 kaleng biskuit! Maka dia dinobatkan sebagai juara sayembara tersebut. Apakah sampai di sini saja selling skill gadis tersebut?
Dalam lanjutan wawancara televisi setelah menceritakan perjalanannya menjadi pemenang sayembara tersebut, lalu dia di close up untuk memberikan pesan ke pemirsa. Ini ujarnya:
“Kalian telah mendengar kisahku. Aku melakukan ini untuk mewujudkan keinginan ibuku berkeliling dunia. Kalau begitu, berapa kaleng yang kalian inginkan?”
Duerrrr…………….Gadis muda ini kembali memberikan closing statement yang memiliki nilai jual tinggi. Dia bisa mengelola dengan hebat pemirsa yang bisa saja jutaan orang. Pengalaman suksesnya saat melakukan penjualan secara door to door, diterapkannya melalui media yang mampu menjangkau jutaan orang di Amerika.